Minggu, 02 Oktober 2016

Ikan Asin Si Penyambung Rezeki


Bangun lebih pagi menjadi kesehariannya. Di saat orang-orang masih terlelap, ia sudah bergegas memulai hari. Bukan pegawai, apalagi orang hebat yang mengenakan dasi. Tetapi sama sama mengais rezeki, demi istri dan sang buah hati.

Di sebuah pasar kecil di daerah Bojonggede, “Pasar Desa” itulah sapaannya. Menjadi tempat mencari rezeki bagi ia dan sebagian orang. Berlomba-lomba mendapatkan rupiah demi rupiah. Beragam sayur mayur, lauk pauk, hingga pakaian ditawarkan di dalamnya. Jauh dari kesan mewah dan wah. Kotor dan bau mungkin sudah menjadi temannya sehari-hari.

Pasar yang berada di pinggir jalan ini, tak jarang menimbulkan kemacetan. Di setiap harinya ibu-ibu datang dan memburu sayur serta lauk yang akan dijadikan menu andalan bagi keluarga. Tawar-menawar menjadi taktik di dalamnya.
“Sin…..asin……asin……,” begitu teriaknya.

Suara lantang selalu diserukan Mahdi, si penjual ikan asin. Lewat sebuah kios kecil yang disewa, ia jajakan barang dagangannya. Beragam ikan asin ditawarkan, harganya pun bervariasi mulai dari 13.000 hingga 130.000. Ikan asin yang ia jual selalu diminati oleh para ibu. Selain rasanya yang gurih, ikan asin juga dapat disajikan sebagai makanan pendamping sayur asam dan sambal terasi.

Ikan asin yang dijualnya ia dapatkan dari pemasok laut seketeng Bogor. “Awal saya jualan sih saya datang ke tempatnya langsung buat pilih-pilih ikan asin yang masih segar, tetapi karena sekarang sudah jadi langganan biasanya mereka langsung kirim ke tempat saya,” ujarnya.

Berjualan dari pukul lima pagi hingga lima sore selalu ia lakoni setiap hari. Rasa letih mungkin selalu datang menghampiri. Namun selalu ia tutupi, lewat simpulan senyum yang selalu menghiasi. Selain itu, sikapnya yang ramah menjadi cara memikat pembeli.

Lima belas tahun menjadi pedagang bukanlah waktu yang singkat. Mengais rezeki, berlomba-lomba mengadu nasib demi mendapatkan yang tebaik. Suka duka pahitnya kehidupan telah ia lalui. Merugi dalam jumlah besar bukan hal baru baginya. Ikhlas, itulah kata dalam setiap langkah semata-mata mencari ridho-Nya.

Diusia yang telah menginjak kepala lima, tak membuat semangatnya surut. Pengalaman pahit yang dialami ketika mendapatkan phk, ia jadikan pelajaran. Lewat pengalaman itu, ia terpacu untuk merangkai masa depan. Bagi Mahdi, “Mau jadi karyawan mau jadi pedagang sama saja yang penting bisa buat nafkah keluarga dan sekolah anak,” begitu tuturnya.


Kini lewat ikan asin ia dapat menyambung hidup. Lewat ikan asin, ia dapat menjalani kehidupan sehari-hari. Lewat ikan asin pula, ia dapat menafkahi istri. Tak heran jika ia menyebut ikan asin sebagai si penyambung rezeki. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar